Minggu, 23 Juni 2013

Objek Wisata Di Kabupaten Tana Toraja

Pallawa

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (bangah) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan yang berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah adat. Terletak sekitar 12 Km ke arah utara dari Rantepao.

Londa

Londa adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau. Londa terletak de Desa Sendan Uai, Kecamatan Sanggalai, sekitar 5 Km ke arah selatan dari Rantepao, Tana Toraja.


Ke'te Kesu

Ke’te Kesu berarti pusat kegiatan, dimana terdapatnya perkampungan, tempat kerajinan ukiran, dan kuburan. Pusat kegiatannya adalah berupa deretan rumah adat yang disebut Tongkonan, yang merupakan obyek yang mempesona di desa ini. Selain Tongkonan, disini juga terdapat lumbung padi dan bangunan megalith di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir. Terletak sekitar 4 Km dari tenggara Rantepao.

Batu Tumonga

Di kawasan ini anda dapat menemukan sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Kebanyakan batu menhir memiliki ketinggian sekitar 2 – 3 meter. Dari tempat ini anda dapat melihat keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya. Terletak di daerah Sesean dengan ketinggai 1300 Meter dari permukaan laut.




Lemo

Lemo merupakan sebuah kuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah jeruk (limau). Di bukit ini terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan tiap lubangnya merupakan kuburan satu keluarga dengan ukuran 3 X 5 M. Untuk membuat lubang ini diperlukan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dengan biaya sekitar Rp. 30 juta. Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo anda dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan melalui upacara Ma Nene. Kuburan Batu Lemo ini terletak di sebelah utara Makale, Kabupaten Tana Toraja.

Kuburan Bayi Kambira

Di kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Bayi ini dianggap masih masih suci. Pohon Tarra’ dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang akan lahir kemudian.
Pohon Tarra' memiliki diameter sekitar 80 - 100 cm dan lubang yang dipakai untuk menguburkan bayi ditutup ijuk dari pohon enau. Pemakaman seperti ini dilakukan oleh orang toraja pengikut ajaran ajaran kepercayaan kepada leluhur. Upacara penguburan ini dilaksanakan secara sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga bayi seperti masih berada dirahim ibunya.
Kuburan ini terletak didesa kambira, tidak jauh dari Makale,Tana Toraja.

Arung Jeram Sungai Sa'dan

Sungai Sa’dan memiliki panjang sekitar 182 km dan lebar rata-rata 80 meter serta memiliki anak sungai sebanyak 294. Di sepanjang Sungai ini terdapat beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda, seperti jeram Puru’ dengan kategori tingkat kesulitan III; jeram Pembuangan Seba dengan kategori tingkat kesulitan IV, yaitu permukaan air di pinggir sungai yang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat; jeram Fitri dengan kategori tingkat kesulitan V, yaitu berupa patahan dan arus sungai yang menabrak batu besar yang dapat menyebabkan perahu menempel di batu dan terjebak diantaranya. Selain itu, topografi daerah ini juga sangat menarik dengan keindahan alam dan udara yang sejuk di sepanjang perjalanan.
Lokasi Sungai Sa’dan ini dimulai dari jembatan gantung di Desa Buah Kayu kabupaten Tana Toraja dan berakhir di jembatan Pappi Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Upacara Adat Rambu Solo

Rambu Solo dalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.

Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.

Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.

Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau bule “Tedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.

Upacara adat ini biasanya dilaksanakan di Kampung Bonoran, Desa Ke’te’ Kesu’, Kecamatan Kesu’, Tana Toraja. ( Sumber : http://www.sulsel.go.id )

(::) Kawasan Wisata Pangopango Di Tana Toraja Mulai Dibuka Untuk Umum (::)


Sindonews.com - Pemerintah kabupaten (Pemkab) Tana Toraja mulai membuka kawasan wisata alam Pango-pango kepada masyarakat umum. 

"Masyarakat umum sudah bebas mengunjungi objek wisata alam Pango-pango. Untuk sementara, pengunjung digratiskan masuk berwisata di Pango-pango," ujar Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung di Makale, Jumat (22/3/2013).

Dikatakan Theofilus, Pango-pango yang terletak di kecamatan Makale Selatan salah satu objek wisata alam baru yang dikembangkan menjadi objek wisata unggulan di Tana Toraja. 

Wisatawan yang berkunjung ke Pango-pango bisa menikmati keindahan alam dan sejuknya udara pegunungan. Tidak hanya itu, wisatawan akan dimanjakan dengan rimbunnya hutan pinus yang masih "perawan" dan hamparan pegunungan yang mengelilingi kawasan wisata Pangopango.

Dipuncak Pangopango  yang berada pada ketinggian 1.643 meter dari permukaan laut, wisatawan bisa melihat jelas seluruh wajah kota Makale, hingga kabupaten Toraja Utara.

Bahkan, pemkab Tana Toraja berencana membangun sebuah menara ketinggian 30 meter di atas puncak agar pengunjung bisa melihat wajah kota Pare-pare dengan menggunakan teropong.

Ditengah-tengahnya terdapat sebuah gasebo tempat wisatawan beristirahat melepas lelah sambil menikmati indahnya panorama alam pegunungan. Akses jalan menuju Pangopango juga sudah bisa dilalui kendaraan roda empat.

"Sejuknya udara pegunungan dan keindahan alam yang luar biasa indahnya siap menyambut setiap wisatawan yang datang berwisata ke Pango-pango," kata Theofilus.

Selain potensi alam, Pangopango juga menawarkan wisata agro. Tanaman yang tumbuh di sekitarnya seperti buah-buahan dan sayur mayur menambah daya tarik tempat wisata itu.

Pengunjung bisa melihat langsung  proses pembibitan, penanaman hingga proses pemetikan. Pangopango sebagai kawasan wisata agro diharapkan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan pendapatan daerah.

"Wisatawan juga bisa langsung membeli buah-buahan dan sayur mayur kepada masyarakat setempat dengan cara memetik langsung di kebun di kawasan wisata angro Pangopango," kata Theofilis.

Meski sudah dibuka untuk umum, Pemkab Tana Toraja masih terus membenahi fasilitas kawasan wisata alam dan wisata agro Pangopango guna lebih memikat wisatawan domestik dan mancanegara datang berkunjung ke Pangopango. Saat ini yang dilakukan pemerintah bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke kawasan wisata Pangopango.

Semakin banyak wisatawan datang, Pangopango akan makin terkenal. Setiap orang yang datang akan bercerita pengalamannya selama berada di Pangopango kepada orang lain. Cerita itu salah satu media promosi yang diyakini makin membuat orang penasaran untuk datang ke sana.

"Saya optimistis, Pangopango akan menjadi objek wisata unggulan di Toraja. Saya juga memprediksi, dalam beberapa tahun ke depan akan ada event spektakuler dilaksanakan di kawasan wisata alam dan kawasan wisata agro Pangopango" optimistis Theofilus.

Ketua DPRD Tana Toraja, Welem Sambolangi menyatakan Pangopango dijadikan kawasan objek wisata baru merupakan terobosan spektakuler yang dilakukan pemkab Tana Toraja dalam upaya meningkatkan pariwisata daerah.

"DPRD mendukung setiap upaya pemerintah dalam memajukan pariwisata daerah. Termasuk mengembangkan potensi daerah menjadi objek wisata baru," tandas Legislator Partai Golkar itu.

:: Sekian 
Itulah info saya mengenai Objek Wisata Di Kabupaten Tana Toraja, buat teman-teman yang belum kesana cobalah untuk berlibur di Toraja. Objek wisata Pangopango baru-baru di buka ches!

SALAM PLUR


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Social Media

Photoshop Manipulasi Koleksi Tas Dan Souvenir Minasa Upa - by andi fiqran | Copyright of Stimlash : Tutorial Photoshop, Tips Dan Trik.
Widget by : andi fiqran